Sabtu, 18 Juli 2009

NILAI SEBUAH PERHATIAN

Di suatu sudut kota di Amerika Serikat, tinggallah seorang pria tua yang sakit-sakitan. Di tempat itu ada seorang wanita sederhana yang dengan setia merawat pria tua yang dipandang miskin itu. Karena telah tiba waktunya pria tersebut meninggal dan tidak ada seorang pun yang mau datang ke upacara pemakaman pria tersebut, selain wanita muda sederhana dan Pendeta yang memimpin upacara pemakaman. Setelah pemakaman, beberapa pengacara menemui Pendeta yang memimpin pemakaman dan wanita muda tersebut untuk membacakan surat wasiat yang telah dibuat oleh pria tua tersebut, jauh sebelum ia sakit dan akhirnya meninggal. Kabar tentang pembacaan surat wasiat begitu cepat tersiar sehingga dalam waktu singkat banyak orang telah berkumpul di area pekuburan dengan motivasi yang berbeda. Mulai dari sekedar ingin tahu isi wasiat tersebut, atau hanya untuk mencibir, atau karena penasaran, sebab mana mungkin seorang pria miskin bisa meninggalkan wasiat. Sampai pada siapa ahli waris pria tua itu.

Akhirnya, di depan banyak orang, para pengacara membuka segel surat wasiat itu, kemudian membacanya dengan yakin. Semua orang kaget dengan isi surat wasiat tersebut, termasuk wanita muda dan Pendeta tadi. Wasiat itu hanya menunjuk satu ahli waris untuk mewarisi jutaan dolar yang tersimpan di bank milik pria tua yang dianggap miskin oleh kebanyakan orang. Ternyata pria tersebut adalah orang yang kaya.

Saat diwawancarai, wanita muda itu mengaku tidak mengenal pria tersebut, apalagi memiliki hubungan kekeluargaan. Bahkan dia tidak pernah tahu bahwa pria tersebut mempunyai jutaan dolar. Sikap dan tindakannya terhadap pria tersebut semata-mata terjadi karena dorongan dari dalam hatinya untuk membagikan kasih, dan perhatian ketika tidak ada orang yang mau memberikannya pada pria tersebut.

Nah, bagaimana dengan kita? Mungkin kita tidak menerima warisan seperti wanita muda tersebut, namun saat kita memperhatikan dan membagikan kasih kepada orang lain, maka BAPA di surga akan memperhatikan kita.

Sumber: Renungan Talenta, Edisi April 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar